المعهد مطالع الأنوارالإسلامي
Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar didirikan oleh (Alm.) Kyai Abdullah bin Husain pada tahun 1930 (Ada yang juga menyebutkan 1933 M.) di kabupaten Sumenep Madura. Pendirian itu berawal dari inisiatif beliau untuk mengembangkan pendidikan islam dan mensyiarkannya, sebagai upaya meneruskan sunnah dan perjuangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Mathali’ul Anwar
Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar terletak di Jalan Kartini, Gang V No.49, Desa Pangarangan, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Timur.
Lokasi pesantren sangat menguntungkan karena berada di pusat kota Kabupaten Sumenep, yang mana hal tersebut memudahkan komunikasi, baik dengan instansi pemerintah maupun dengan masyarakat luas.
Sejarah Pesantren
Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar didirikan oleh (Alm.)
Kyai Abdullah bin Husain pada tahun 1930 (Ada yang juga menyebutkan 1933 M.)
Visi Misi
Visi
Ber ta’abbudiyah, Berakhlakul Karimah, Berilmu
Misi
Pendidikan
Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar selain mengadakan pengajian kitab–kitab kuning, juga mengembangkan pendidikan formal, antara lain Sekolah Menengah Pertama (SMP YAS’A) dan Sekolah Menengah Atas (SMA YAS’A).

KH. Abdullah Bin Husain
Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar didirikan oleh (Alm.)
Kyai Abdullah bin Husain pada tahun 1930 (Ada yang juga menyebutkan 1933 M.) di kabupaten Sumenep Madura.
KH. Muhammad Said Abdullah
Pada tahun 1985, Kyai Abdullah bin Husain menunjuk putranya yaitu KH. Muhammad Said Abdullah untuk melanjutkan pendidikan Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar sekaligus jadi pengasuh hingga saat ini.
Santri Putra
Santri Putri
Asatidz
Asrama
Kegiatan

16 Sep 2021
Bedah Buku “Aswaja Untuk Pemula”
Ust. Ahyat Ahmad adalah penulis buku “Aswaja Untuk Pemula”. pada tanggal 16 September beliau mengadakan bedah buku di Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar.

06 Sep 2021
Halaqoh Kitab Fathul Qorib
Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS) pada 06 September 2021 mengadakan halaqoh kitab Fathul Qorib yang diadakan di Aula Putra Pondok Pesantren Mathali’ul Anwar.
Artikel
Menyebut istilah “menjadi santri” sebagai jati diri, teringat kutipan yang dikatakan oleh seorang santri bernama Sastrawijaya dalam karya Serat Poerwa Tjarita Bali tahun 1875, tentang ungkapan “dados santri”.
Dados santri disini melampaui batas pengertian nyantri di sebuah pesantren dan setelah itu selesai, menjadi alumni. “Dados santri” tidak mengenal istilah alumni, tamat, atau lulusan. Ketika Sastrawijaya menyebut dirinya “dados santri”, berarti identitasnya melekat selamanya.
Karakteristik Jiwa Leader Santri Sesuai Al-Fiyah
Karakteristik Jiwa Leader Santri Sesuai Al-FiyahSebuah Opini, oleh; Moh Izzul Qornain Tentunya tak asing lagi bagi kita tentang apa itu Al-Fiyah dan apa saja yang ada dalam kandungannya! Kitab yang berbentuk nadzoman karya ulama’ masyhur (Ahmad Ibnu Malik) ini sangat...
POLEMIK ATURAN PEMERINTAH VS MASYARAKAT UMUM
Pimpinan sidang : Ust. Farisi Penulis : Sekertariat Pond. Pest. Mathali’ul Anwar Pemerintah mengambil keputusan untuk memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sampai 2 Agustus 2021 besok. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Presiden Joko...
Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan
Dalam kehidupan Manusia tidak terlepas dari persoalan keilmuan untuk menjadi sumber utama sebagai pengetahuan dan bekal untuk meniti perjalan hidupnya kedepan, tanpa keilmuan manusia tidak bisa melihat mana yang Hak dan yang Bathil, oleh sebab itu manusia membutuhkan...
شكرا خاص لرعاتنا








قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka akan Allah mudahkan jalan baginya menuju surga.(HR. Muslim No. 2699)